Saturday, December 13, 2014

13

"But falling in love is always a pretty crazy thing. 
It might appear out of the blue and just grab you. 
Who knows—maybe even tomorrow." 
— Haruki Murakami, Sputnik Sweetheart.

Jadi begini ceritanya.....
Setelah sekian lama (lebih tepatnya sekitar tiga tahun) menjalani pahit dan manisnya kehidupan menyendiri alias single (no, I won't use the word 'jomblo'. Kenapa? Ya gapapa sih, it just a matter of personal choice haha), akhirnya saya memutuskan untuk mulai menjalani sebuah hubungan yang baru dengan seseorang.

So here I am now, in a brand new relationship, dengan seseorang yang dulu pernah menempuh pendidikan SMP yang sama dengan saya. Dulu kami cuman sebatas mengenal lewat OSIS dan ngga kenal akrab juga, istilahnya sih "teman sekedar kenal", yang kalo papasan paling cuman mesem tipis-tipis. Terpisah jarak dan waktu selama bertahun-tahun, ngga pernah berkontak ria apalagi ketemu, entah mengapa pada suatu hari di bulan Oktober ini, tiba-tiba dia mengontak saya lewat LINE. Dan disitulah semua berawal, awalnya agak ngga menyangka kalo ternyata dia orang yang humoris dan menyenangkan, selalu bikin ngakak di setiap chatnya. Padahal seingat saya dulu, dia anaknya pendiam dan terkesan serius. Sampai akhirnya dia mulai memberanikan diri untuk mengajak saya keluar.

Pada saat awal ketemu, saya membayangkan dia akan terlihat jauh berbeda, namun nyatanya tidak. Hanya saja dia jauh lebih tinggi dan terlihat lebih charming (eleuh). Sempat membayangkan juga kalo first meetup ini bakalan super awkward, tapi ternyata ngga se-awkward yang dibayangkan. Deg-deg an pasti, karena ini pertama kalinya saya memberanikan diri untuk mulai membuka hati keluar berdua dengan lawan jenis setelah sekian lamanya. Our first meetup ini ternyata membuka jalan untuk our second meetup, third meetup dan selanjutnya.

Well I didn't know exactly when, but then there it was, the spark, a trace of intense feeling.
Perlahan tapi pasti, semuanya mulai membentuk satu tanda tanya besar dalam benak saya: so this is it?
Selama ini saya mengira saya ngga akan pernah siap, selalu dalam mode 'In Repair' seperti lagunya kang mas John Mayer, karena dari hubungan saya yg sebelumnya meninggalkan banyak pengalaman dan pelajaran yang selama ini saya coba pahami. "Why did it fail? Why did it not work out?" Hal-hal inilah yang terkadang membuat saya ragu, memunculkan banyak 'what if'. Untung, ada sahabat dekat dan mama yang menjadi tempat saya menumpahkan curahan isi hati (eleuh lagi) sehingga membuat saya yakin bahwa saya sudah siap menjalani hubungan yang baru.

Kebetulan saya adalah orang yang sulit untuk percaya, baik mempercayai orang atau mempercayai suatu hal. Tapi entah kenapa, rasanya tidak terlalu sulit bagi saya untuk mulai perlahan membuka diri semenjak mengenal dia. And also, he brings out the best in me, membuat saya berusaha menjadi orang yang lebih baik dari hari ke hari.
So now I'm starting to put my trust and hope in him (and in myself too), that somehow we can make all things work together, for good things work in time and need a lot of efforts too. 
Let's do this together, A

"It was rather beautiful; 
the way he put her insecurities to sleep,
the way he dove into her eyes 
and starved all the fears,
and tastes all the dreams 
she kept coiled beneath her bones."
— Christopher Poindexter.